Title : Watashi ga matte iru yo (I’ll be waiting for you)
Author : : Husna
Genre : Romance
Rating : Teenager
Type : One Shot
Cast : Shinichi Kudo , Rin Mouri , Shiho Miyano, Sonoko Suzuki , Dokter Araide, etc.
Disclaimer : Pemeran di sini murni ciptaan Aoyama Gosho , saya hanya membuat versi lain dri mereka. Selamat membaca ^^
Aku bahagia bisa melihatmu kembali kesini, tapi kenapa aku justru merasa kau semakin jauh? Kalau begini lebih baik kita terpisah seperti dulu. karena aku tidak akan merasakan perasaan sakit yang seperti sekarang .
KRIINGG!!
Bunyi weker itu membangunkan seseorang gadis yang masih terlarut dalam mimpinya. Dia mematikan weker itu dan menguap lebar. Masih ngantuk! Tapi mau tidak mau dia harus bangun karena harus menyiapkan sarapan untuk ayahnya dan menjemput orang itu.
Gadis itu bernama Ran Mouri , seorang gadis yang hanya tinggal berdua dengan ayahnya. Sebenarnya hingga beberapa minggu yang lalu ada penghuni lain di rumah mereka. Yaitu conan Edogawa , tapi entah kenapa suatu malam dia menemukan surat dari Conan yang berkata kalau dia harus kembali ke orang tuanya. Dia minta maaf karena tidak bisa berpamitan secara langsung dan hanya meninggalkan sebuah surat. Awalnya Ran merasa sangat sedih karena sudah sangat akrab dengan anak itu, tapi esoknya dia dikagetkan oleh kepulangan sahabat masa kecilnya yang belum lama ini menghilang.
“Hoahm pagi sekali sih belakangan ini , apa ada latihan pagi?” tanya ayahnya.
“Iie..ayah lupa Shinichi kan sudah pulang jadi aku harus menjemputnya dulu.” jawab Ran.
“Hei dia kan bukan anak kecil lagi , untuk apa kau yang repot-repot harus menjemputnya setiap hari!? Menyusahkan saja hah.” Kata ayahnya kesal.
“ayah seperti tidak mengenal shinichi saja. Sudahlah bengun pagi kan tidak ada salahnya.” Kata Ran , ayahnya masih menggerutu saja.
“Oh iya dimana anak itu? kau tidak membangunkannya?”
“Dare? Conan-kun? Dia kan sudah tidak tinggal di sini lagi ayah.”
“Ah iya aku lupa dia benar-benar seperti angin ya. datang tiba-tiba pulang pun tidak memberitahu siapa-siapa. Dasar bocah!” Kata Mouri. Ran tersenyum mendengar perkataan ayahnya itu , sepertinya ayahnya juga sudah menganggap Conan bagian dari keluarga walaupun terkadang mereka tidak terlalu akur.
Angin? Ya itu mungkin perumpamaan yang cocok untuk Conan. Meninggalkan kesedihan di hati orang yang ditinggalkan. Tapi perumpamaan itu juga tepat ditujukan untuk Shinichi, yang menghilang dan datang kembali secara tiba-tiba.
“aku berangkat dulu ya ayah..daaggh!” ran berpamitan kepada ayahnya.
Gadis itu kemudian berangkat menjemput Shinichi, di jalan Ran terus berpikir kenapa sampai sekarang Shinichi tidak mau bercerita apa-apa kepadanya? Apa pria itu sudah tidak percaya kepadanya? Dia menghilang dan membuat semua orang khawatir tetapi begitu kembali ia bersikap seolah-olah seperti tidak terjadi apa-apa. Dasar pria menyebalkan.
………………………………
Ran menekan bel di rumah Shinichi 1 kali , tidak ada jawaban. Kemudian ia menekannya lagi masih tidak ada jawaban. Karena tidak sabaran dia menekan bel itu berkali-kali mungkin ada sekitar 10 kali. (adegan di komik vol 26 XD)
“Berisiiikk!! Tidak bisakah kau menekan bel hanya sekali?” pria itu tiba-tiba membukakan pintu dengan kesal.
“aku menekannya berkali-kali karena kau tidak menjawab Shinichi!” bela Ran.
“Aku sedang menggosok gigi tadi makanya tidak bisa menjawab. Ah sudahlah tunggulah sebentar aku akan mengambil tas dulu.” jawab Shinichi kemudian masuk kembali ke rumahnya.
Ran menatap punggung Shinichi. Dia benar-benar ada disini. aku tidak bermimpi kan? Dia sudah pulang dan kuharap kali ini dia tidak pergi lagi.
……………………………………
“Ohayou gozaimasuu!!” sapa seorang gadis berambut coklat kepada sahabatnya.
“Ohayou Sonoko.” Ran menjawab sapaan sahabatnya itu.
“Wah benar-benar pasangan suami istri yang mesra. Pagi berangkat bersama , istirahat nanti makan bekal yang disiapkan oleh Ran, pulang bersama-sama. Kalian benar-benar membuat iri!” goda Sonoko.
“Apa yang kau bicarakan Suzuki? Itu kan hanya khayalanmu saja. Hubungan kami berdua tidak seperti itu kok hahaha.” Kata Shinichi, setelah itu dia langsung bergabung ke kelompok anak-anak cowok di kelas.
“Hee..dia tetap dingin seperti dulu ya? dia belum menyatakan perasaannya padamu Ran?” Sonoko duduk di sebelah Ran kemudian menginterogasinya.
“Eh? Apa maksudmu? Tidak-tidak ia tidak mengatakannya kok.” Jawab Ran malu-malu.
“Hmm..kalian berdua ini aneh. Sama-sama suka tapi tidak ada yang mau menyatakan. Apa kau tidak takut Shinichi akan pergi lagi Ran? Kau sudah lama menunggunya kan?” tanya Sonoko lagi.
Ran terdiam..benar ia sudah lama menunggu Shinichi pulang. Tapi apa yang dia harapkan dengan kepulangan Shinichi? Menunggunya menyatakan cinta? Itu sama saja terlalu berharap. Baginya Kepulangan Shinichi sudah lebih dari cukup. Dia masih bisa memandang pria itu dari dan bertemu dengannya tiap hari. Selebihnya dia hanya memasrahkan pada waktu. apakah hubungan persahabatan ini akan berlanjut atau tidak.
“Kenapa kau diam Ran? Benar kan apa kataku. Kalau begini terus tidak akan ada kemajuan dalam hubungan kalian. Sudahlah nyatakan saja duluan percuma menunggu pria yang tidak peka itu.” kata Sonoko.
“Menyatakan duluan? Tidak akan. Bagaimana kalau dia tidak menyukaiku Sonoko? Selama ini kami kan tidak pernah membicarakan tentang hal semacam ini. Kalu sedang bersama paling-paling dia hanya membicarakan tentang idolanya, holmes.” Jawab Ran lemah.
‘”Yaampun Ran dia menyukaimuu itu sudah jelas. Apa kau tidak bisa merasakannya? Yah sudahlah aku bingung dengan kalian. Hati-hati saja tapi Ran semenjak pulang media selalu memberitakan tentangnya. Bisa gawat kan kalau ada wanita lain yang mengincarnya?” pesan Sonoko.
Ran tahu akan hal itu. saat ini Shinichi memang sedang terkenal. Dan kemungkinan akan banyak gadis yang menjadi penggemarnya itu besar. Tapi Ran tidak tahu apa yang harus dia lakukan, kalau Shinichi hanya menganggapnya sebagai teman apa yang bisa dia perbuat?
“Hei jangan melamun saja, sensei sudah datang!” Seorang menyadarkan lamunan Ran dengan menjitak kepalanya.
“Ittai! Kenapa harus menjitak Shinichi..” ringis Ran.
“Hahaha..masa juara karate tingkat daerah meringis hanya gara-gara dijitak sih. oh iya aku mau berbicara denganmu sepulang sekolah. ada waktu?” tanya Shinichi.
“Pulang sekolah aku ada latihan karate..apa tidak bisa bicara sekarang?”
“Tidak bisa ini penting. Baiklah aku akan menunggu hingga kegiatan klubmu selesai sambil bermain bola di lapangan.” Kata Shinichi.
Ran mengangguk masih bingung dengan ajakan Shinichi barusan. Apa yang akan dia bicarakan? Kemudian ia melihat Sonoko yang tadi duduk sebelahnya terlihat girang seperti habis mendapatkan lotre *gaknyambung. Ia membentuk tangannya seperti panah kemudian hati dan berakting seolah-olah hati itu telah dipanah. *bayangin sendiri kayak gmna, wkwk. Mungkin yang dia maksud menyatakan cinta? Tapi…ah tidak tidak itu tidak mungkin lupakan sajalah.
…………………………………… Seusai jam pelajaran berlangsung Shinichi langsung berlari kea rah lapangan dan bergabung dengan teman-temannya yang sedang bermain sepak bola. Baru sebentar ia bergabung tiba-tiba Handphonenya berbunyi , mau tidak mau ia berlari ke pinggir lapangan untuk menjawabnya.
“Moshi-moshi. Dare desuka?”
“KUDOOOOOOO!!!!Bagaimana kabarmu??? Kau sudah kembali ke wujud asalmu ya?” teriak orang dari seberang telpon itu.
Shinichi menjauhkan handphonenya dari telinganya kemudian membaca nama yang tertera disana , Hatori, pantas saja aksen kansainya terdengar jelas.
“Hei bisa tuli aku kalau kau berteriak seperti itu?! iyaiya aku sudah kembali ke wujud semula dan kabarku? Baik bagaimana denganmu?”
“Sangat baik..wah aku sudah lama menunggu saat seperti ini. Bagaimana hubunganmu dengan Kakak itu?” tanya Hatori.
“maksudmu Ran? Biasa saja..kau menelponku hanya untuk bertanya tentang ini?” tanya Shinichi.
“Apa? Jadi tidak ada perkembangan? Baka! Kenapa kau lambat sekali bisa-bisa kakak itu direbut oleh orang lain lo.” Jawab Hatori masih setengah berteriak.
“Hatori kumohon kecilkan volume suaramu. Itu tidak mungkin Ran kan tipe gadis setia. Hehehe” kata Shinichi.
“beuh..dasar don juan. Kau pikir gadis itu mau menunggumu sampai kapan? Jangan gegabah Shinichi , kita tidak tahu apa yang ada di pikiran wanita. Apalagi kau sudah meninggalkannya begitu lama kalau kau masih menggantungkannya sampai sekarang kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti.” Kata Hatori bijak. Tumben nih anak omongannya bener? #plak.
“He? Kenapa kau ini? Demam ya? sudahlah daripada mengurusiku bagaimana dengan hubunganmu dengan Kazuha?” tanya Shinichi lagi.
“Oh..sudah dulu ya ibuku memenggil. Kalau ada waktu nanti kutelpon lagi. Bye Kudo!” Hatori langsung menutup telponnya. Dasar giliran dia yang kutanya malah kabur !
Setelah meletakkan telpnnya Shinichi melihat ke arah lapangan , ada seorang gadis yang tidak tampak seperti gadis jepang disana. Rambutnya pendek dan sepertinya dia sedang mencari seseorang. Eh tunggu dulu gadis itu kan?
“Hoi Shiho!! Kenapa kau ada disini?” teriak Shinichi ke arah gadis itu. gadis yang dimaksud itu kemudian mencari arah suara yang baru saja memanggilnya. Dia melihat Shinichi yang sedang melambaikan tangannya dan segera menghampirinya.
“Hei, ogenki desuka? Aku sengaja datang dari Amerika untuk mencarimu.” Kata Shiho kepada Shinichi.
“Ada urusan apa kau mencariku? Apa ada kasus di sana?”
“Tidak..hanya ingin memastikan kondisi tubuhmu. Sepertinya tidak ada masalah ya? berarti obatnya sudah benar-benar bekerja dengan baik.” Jawab Shiho.
“Seperti yang kau lihat..aku benar-benar senang kembali ke tubuh asalku. Kawanan berbaju hitam itu sudah berhasil kita berantas. Kehidupan yang sempurna!” kata Shinichi girang sambil memainkan bola di kakinya.
“Yah baguslah kalau begitu. Oh iya tapi sepertinya hubunganmu dengan Ran tidak ada kemajuan ya?” tanya Shiho yang langsung membuat Shinichi menoleh kepadanya.
“Kenapa hari ini semua baertanya seperti itu sih? tadi Hatori sekarang kau..hubunganku dengan Ran kan tidak ada hubungannya dengan kalian.” Shinichi mulai kesal karena daritadi semuanya membahas hal itu.
“dasar detektif bodoh..kau memang pandai dalam menyelesaikan kasus. Tetapi membaca isi hati seorang gadis saja tidak bisa.” Kata Shiho dengan dingin.
“Apa kau bilang? Aku bukannya tidak bisa mengetehui isi hatinya. Tapi aku membutuhkan waktu yang tepat untuk menyatakan semuanya.” Bela Shinichi
“Sampai kapan? kau hanya mengulur waktu saja.” Balas Shiho lagi.
“sudah kubilang kan ini bukan urusanmu.” Shinichi berjalan ke arah lapangan.
“matte!” Shiho menarik tangan Shinichi dan membuatnya berbalik arah.
“kau baru akan menyadari semuanya kalau kau sudah kehilangannya. Sebelum terlambat akan lebih baik kalau kau segera mengungkapkannya.” Kata Shiho sambil menatap Shinichi dalam-dalam.
Tanpa mereka sadari sebenarnya daritadi ada seorang gadis yang sedang mengamati percakapan mereka berdua dari kejauhan.
…………………….
“Shinichi, apa yang sedang kau lakukan?” tanya Ran tiba-tiba dan membuat kedua orang yang sedang berdebat tadi terkejut.
“Eh..Ran ini perkenalkan dia adalah..” sebelum Shinichi selesai menjelaskan Ran sudah membuka mulutnya lagi.
“jadi maksudmu ingin mengajakmu bicara itu tentang gadis ini? Siapa dia? Kekasihmu?” kata Ran yang sudah mulai emosi.
“Apa yang kau katakana Ran? Aku bukan ingin mengajakmu bicara tentang hal ini. Lagipula dia ini adalah..”
“Urusai! Aku tidak mau mendengar apa-apa lagi. Semuanya jelas kalian tadi sedang bermesraan kan? Bahkan sampai memegang tangan segala.” Mata Ran mulai panas entah kenapa dia benar-benar kecewa dengan Shinichi saat ini hingga tidak mau mendengarkan apa-apa lagi.
“Ran! Biarkan aku menjelskannya dulu. jangan seperti anak kecil!” Bentak Shinichi.
Ran terkejut mendengar Shinichi membentaknya. Biasanya dia tidak pernah sampai seperti ini. Mungkin memang benar kalau Ran terlalu banyak berharap.
“hai..wakarimasu. aku hanya mengganggu kan? Baiklah aku akan pergi sekarang lanjutkan saja urusanmu dengan gadis itu.” Ran meninggalkan tempat itu dengan mata yang berkaca-kaca.
“Chotto matte! Ran!” Shinichi hendak mengejar gadis itu tapi sebuah tangan menahannya.
“Biarkan dia sendiri dulu.” kata Shiho , Shinichi hanya mampu mengangguk dan menatap Ran dengan penuh penyesalan.
……………………………………………..
Ran terus berjalan tanpa arah dengan mata yang masih penuh air mata. Ia tidak menyangka kalau sahabatnya sejak kecil, bahkan orang yang disukainya akan membentaknya seperti tadi. apa Shinichi sudah berubah? Apa gadis itu tadi benar-benar kekasihnya? Jadi selama ini apa penantiannya sia-sia? Banyak pertanyaan yang berputar di kepala Ran. Tetapi dia juga tidak mampu mencari jawabannya, hatinya masih sakit setiap mengingat perlakuan Shinichi.
“Kau Ran kan? Ada apa? Kenapa kau menangis?” tiba-tiba dia mendengar suara yang dia kenal. Ran menoleh ke asal suara itu dan dia terkejut karena orang itu ada disini.
“Dokter Araide? Daijobu..aku hanya.” Ran tidak mampu meneruskan kata-katanya malah air matanya mengalir semakin deras.
Dokter Araide bingung dengan sikap Ran. Tapi kemudian ia memberikan mantelnya kepada Ran dan mengajaknya duduk di sebuah taman yang tidak jauh dari sana.
…………………….
“Apa yang harus kulakukan sekarang?” pria itu bertanya pada gadis yang sedang duduk disebelahnya dengan tatapan putus asa.
“Bukannya kau sendiri yang tahu jawabannya?” balas gadis itu.
“Hah aku bingung apa yang harus kujelaskan padanya Shiho?” jawab Shinichi.
“Kau tinggal menjelaskan kalau kau mencintainya. Gampang kan?” Shiho meletakkan sekaleng kopi ke tangan Shinichi.
“Tidak segampang itu!” Shinichi bangkit dari tempat duduknya dan menatap Shiho. Tapi sebelum dia berkata lagi Shiho sudah menyuruh Shinichi untuk duduk kembali.
“Kau tidak mengerti apa yang kurasakan, perasaanku pada Ran sangat besar. Tetapi aku takut untuk menyakitinya lagi. Selama ini aku sudah membuatnya menunggu terlalu lama. Aku takut perasaannya berubah dan dia sudah menyukai orang lain.” Shinichi menjelaskan.
“dan aku pikir kalau aku tetap di sampingnya sebagai sahabat seperti ini, aku bisa melindungi dia kapanpun. Aku tidak perlu melibatkan dia dalam bahaya jika ada kasus yang mengancam keselamatanku. Lagipula aku juga tidak mau kalau nanti sikap egois dan keras kepalaku akan membuatnya meninggalkanku.” Shinichi membuka kaleng kopi yang ditangannya kemudian meminumnya.
“Kau hanya memikirkan perasaanmu sendiri kalau begitu. Apa kau pikir selama ini Ran tidak merasakan sakit?” tanya Shiho. Shinichi hanya terdiam tidak mampu membalasnya.
“ketika kau berpikir kalau selama kau pergi perasaan Ran berubah, itu berarti kau tidak percaya padanya. Kalau kau takut Ran terancam bahaya ketika bersamamu berarti kau tidak cukup kuat untuk melindunginya. Dan kalau kau merasa Ran akan meninggalkanmu karena sikap egois dan keras kepalamu itu berarti kau meragukan semua perasaannya.” Jelas Shiho.
“Kalau Ran mencintaimu maka dia akan menerimamu apa adanya. Dia tidak akan mempermasalahkan semua sifat burukmu karena dia tahu dari awal kalau ini adalah tugasnya untuk membuatmu memperbaikinya. Dia tidak akan takut dengan bahaya yang mengancam karena dia yakin kau pasti akan menlindunginya. Dia akan menjalani semuanya bersamamu dalam keadaan apapun. Baik senang atau susah dia pasti rela menjalaninya. Apa yang membuatmu meragukan semua itu Shinichi? Kau pasti mengerti kan apa yang kumaksud barusan?” Shiho melanjutkan ceritanya panjang lebar.
Shinichi terkejut dengan perkataan Shiho barusan. Mungkin benar kalau selama ini dia hanya memikirkan dirinya sendiri. Dia terlalu asyik dengan kasus-kasus , sepak bola , dll hingga tidak menyadari kalau selama itu juga Ran selalu ada disampingnya. Memberikan dukungannya bahkan membantu menyelesaikan semua masalahnya. Dia terlalu terbiasa dengan kehadiran Ran tapi dia tidak menyadari arti keberadaannya. Dia tidak memikirkan perasaan Ran, dia terlalu egois.
“Mungkin kau benar…lalu menurutmu apa yang harus kulakukan sekarang?” tanya Shinichi.
“Kau tahu apa yang harus kaulakukan Mr.Holmes.” jawab Shiho sambil tersenyum.
“Hai..arigatou.” Shinichi balas tersenyum kemudian berlari meninggalkan Shiho sendirian. Ia harus mencari Ran dan menjelaskan semuanya.
………………………………………………….
“Oh jadi begitu ceritanya..kau pikir Shinichi berpacaran dengan gadis itu?” tanya Dokter Araide. Sementara Ran yang sudah berhenti menangis mengangguk mengiyakan.
“Ran..bukannya kau sudah mengenalnya dari kecil. Apa kau benar-benar berpikiran seperti itu?”
“Aku sudah berusaha mempercayainya, tapi melihat mereka berdua tadi..” Ran tidak melanjutkan kalimatnya.
“Bisa saja kan mereka berdua hanya berteman? Kau belum mendengarkan cerita Shinichi kan Ran?” tanya dokter Araide lagi.
“Belum..tapi aku merasa akhir-akhir ini dia berubah. Sejak dia kembali aku merasa kalau dia semakin jauh dan menjadi orang yang tidak bisa kuraih. Selama ini aku selalu menunggunya kembali tapi sekarang sepertinya aku jadi ingin dia menghilang lagi.” Kata Ran sambil menghela nafas.
“Jangan berkata seperti itu Ran. Bukannya bagus kalau dia sudah kembali dan dalam keadaan selamat. Masak kau tidak senang dengan kembalinya dia?” dokter Araide membelai rambut Ran dengan lembut.
“Tapi..dokter sikapnya membuatku meragukannya. Dulu aku sangat menyanyanginya dan percaya kepadanya. Tapi sepertinya dia hanya menganggapku sebagai sahabat.” Kata Ran lagi.
“Apa menurutmu semua perasaan harus diungkapkan dengan kata-kata Ran?” tanya dokter Araide dan Ran langsung menoleh kepadanya.
“Kalau kau berharap setelah Shinichi kembali dia akan menyatakan perasaannya padamu tapi sampai sekarang dia tidak melakukannya bukan berarti dia tidak menyukaimu kan? Mungkin dia bukan tipe orang yang mengungkapkan perasaannya dengan ucapan. Mungkin saja semua tindakan yang dia lakukan selama ini sudah menunjukkan hal itu, apa kau tidak menyadarinya?”
Ran kembali mengingat semuanya. Dari kecil Shinichilah orang yang selalu melindunginya. ketika dia terjatuh sewaktu bermain Shinichi akan membantunya berjalan, ketika Ran sakit dan orang tuanya tidak memperbolehkan ada yang menjenguk Shinichi akan menyelinap diam-diam lewat jendela hanya untuk melihat kondisinya, masih banyak hal yang dilakukan Shinichi untuk Ran. Bahkan kemarin sewaktu mereka terpisah Shinichi selalu ada disaat dia membutuhkannya walaupun hanya melalui telepon. Ran sebenarnya tahu kalau semua yang dilakukan Shinichi untuknya bukan semata-mata karena dia teman masa kecilnya tapi lebih dari itu.
“benar juga..Shinichi tetaplah Shinichi baik dulu maupun sekarang.” Kata Ran.
“Nah kau sudah tahu kan kalau begitu? Yang terpenting bukan apa status hubungan kalian. Tetapi bagaimana kalian mampu melengkapi dan mengerti satu sama lain dalam situasi apapun. Kalau perasaan kalian sudah tertaut satu sama lain tanpa perlu diungkapkan pun kalian pasti bisa memahami.” Jelas Dokter Araide.
“Hontou ni Arigatou dokter,,sekarang aku sudah lebih lega. Mungkin sebaiknya aku mencari Shinichi sekarang . dia pasti bingung karena tadi aku meninggalkannya tiba-tiba. Sekali lagi terima kasih.” Ran membungkukkan badannya kepada dokter Araide.
“Douita..pergilah sekarang kalau begitu.” Kata dokter Araide sambil tersenyum.
Ran berlari mencari Shinichi, yang dia pikirkan bukan kembali ke sekolah tapi pergi ke tempat rahasia mereka sewaktu kecil.
………………………………………….
Pria itu sekarang sudah berada di sebuah bukit yang bisa memandang matahari tenggelam dengan jelas, dia seharusnya mencari Ran tetapi entah kenapa hanya tempat ini yang bisa dia pikirkan.
“Shinichi…” suara Ran mengagetkannya.
“Ran..kenapa kau?” Shinichi bingung dengan kehadiran Ran di tempat itu.
“aku ingin meminta maaf. Aku sudah bersikap kekanak-kanakan tadi dan berkata kasar kepadamu. Maafkan aku ya.” kata Ran sambil memamerkan senyum manisnya.
“Tidak..aku yang salah seharusnya aku yang meminta maaf. Gadis yang sedang berbicara denganku tadi itu namanya Shiho Miyano dia dulu banyak membantuku sewaktu ada kasus. Dia tinggal di Amerika dan lebih tua 2 tahun di atasku tidak mungkin aku berpacaran dengannya.” Jelas Shinichi panjang lebar.
“Iya aku mengerti kok , maaf aku tadi terbawa emosi. Hehehe” kata Ran lagi.
Setelah itu keduanya terdiam beberapa saat , tidak tahu apa yang harus dikatakan. Hingga akhirnya Shinichi memberanikan diri berbicara.
“Ran..aku ingin mengatakan sesuatu.” Kata Shinichi.
“nani?” tanya Ran polos.
“Ehmm..sebenarnya selama ini aku..aku..perasaanku..” kata Shinichi terbata-bata.
“Sstt..tidak usah kau katakan aku sudah tahu. Aku tidak akan memaksamu kalau kau tidak bisa mengatakannya sekarang.” Ran menutup mulut Shinichi dengan jarinya kemudian kembali tersenyum.
“Aku sadar selama ini aku terlalu egois, seharusnya aku mempercayaimu dan perasaanmu. Sekarang sudah tidak masalah, aku bisa memahaminya kok.” Jelas Ran.
“Hontou? Apa benar kau bisa mengerti?” tanya Shinichi masih tidak percaya.
“Hai..aku sudah mengerti sifat-sifatmu yang memiliki ego tinggi itu. hahaha. Sudahlah lebih baik kita pulang sudah sore kalau kau mau kau bisa makan malam di rumahku.” Ajak Ran.
“Bagaimana dengan paman Mouri?”
“Dia harus mengijinkan.” Ran tersenyum nakal.
Shinichi kemudian tertawa dan mengacak-acak rambut Ran. Dia menarik gadis itu turun dan menggandeng tangannya.
“Hm..Ran.” panggil Shinichi.
“ada apa lagi?”
“Suatu saat aku akan benar-benar mengatakannya kepadamu…” Shinichi membisikkan kalimat itu ke telinga Ran kemudian berlari meninggalkannya.
“Eh apa yang kau katakana? Hei kataka sekali lagi Shinichii!! Tunggu jangan lari!” Ran mengejar Sahabat masa kecilnya itu.
mungkin hubungan mereka memang masih panjang tetapi jika mereka tetap menjaga perasaan masing-masing tidak akan ada masalah berat yang akan menganggu mereka lagi :)
1 komentar
judulnya bikin merinding~
BalasHapushohohoho~