Resensi Novel : Dan Hujan pun Berhenti

By Annisa Husna - 08.30


geshaghassani.blogspot.com

IDENTITAS BUKU
Judul Buku                  : Dan Hujan pun Berhenti
Pengarang                   : Farida Susanty
Penerbit                       : Grasindo
Tahun Terbit                : 2007
Jumlah Halaman          : 322 halaman

RESENSI BUKU
Novel karangan Farida Susanty ini bercerita tentang kisah seorang pemuda yang hidup di tengah keluarga yang broken home bernama Leostrada Miyazao. Dia selalu menjadi biang kerok atas kekacauan di sekolah bersama geng-nya, The Bunch of Bastards. Kekerasan fisik dan mental yang dia terima dari kedua orangtuanya, kematian tragis sang pacar, konflik dengan teman se-geng, membuat hidupnya semakin hampa dan pada akhirnya ia tidak lagi mau mempercayai orang – orang terdekatnya dan menganggap semuanya pengkhianat. Pada suatu hari ia bertemu gadis bernama Spizaetus Caerina yang sedang menggantungkan teru teru bozu ( boneka penangkal hujan khas Jepang). Spiza melakukan itu demi melaksanakan niat bunuh diri, sesuai tagline yang tertulis di cover novel. “Kamu mau bunuh diri?” “Ya, asal tidak hujan.” Seperti Leo, Spiza membenci hujan. Hujan mengingatkannya pada peristiwa yang teramat pahit di masa lalu. Kenangan buruk yang menghantuinya dalam mimpi dan membuatnya merasa tak mampu melanjutkan hidup. Persamaan tekanan batin membuat Leo dan Spiza dekat. Setelah remaja pria itu kehilangan Iris untuk selama-lamanya. Anak muda yang sinis dan membenci keluarganya sendiri ini menemukan pelabuhan teduh untuk jiwanya yang gersang. Meski begitu, keberadaan Spiza tak urung melecut persoalan antara Leo dan teman-temannya satu geng.
Isi novel ini juga kental sekali dengan suasana jepang, mulai dari latar belakang keluarga konglomerat Miyazao, unsur budaya dalam teru teru bozu, bahasa Jepang yang sesekali dipergunakan, sampai keinginan beberapa karakter di dalamnya untuk bunuh diri. Bahkan dalam beberapa situasi digunakan bahasa Jepang sebagai bahasa tokoh utama percakapan dengan anggota keluarga. Semua hal ini memberi pembaca pengetahuan lebih tentang Jepang karena disediakan catatan – catatan kaki untuk menjelaskan maksud dari percakapan dengan bahasa Jepang. Penulis menghadirkan beragam karakter yang tidak terpaku antara baik dan buruk. Seperti Tyo, musuh geng Leo, bahkan menyadari bahwa dirinya tidak mempunyai teman. Atau bahkan kematian pacar Leo yang tragis justru menguak sebuah rahasia besar yang membuat Leo mengakhiri ratapannya dan mencoba untuk mensyukuri hidup.
Untuk keseluruhan isi cerita dari novel ini lebih banyak mengandung pemikiran yang mendalam mengenai kerasnya hidup sehingga membuat seseorang memutuskan untuk bunuh diri. Dalam novel ini juga banyak bertaburan umpatan, caci maki, kekerasan, kemarahan, kedengkian, dan keputus asaan. Sebenarnya novel ini tidak baik dibaca oleh anak dibawah umur dan kurang tepat juga jika dibaca oleh anda yang mengiginkan sebuah hiburan karena novel ini juga butuh keseriusan dalam membacanya. Pembaca dibawa menyelam ke kegelapan kehidupan sang tokoh yang membuat pembaca berdebar – debar. Ini adalah novel yang kesan gelapnya sangat menonjol yang sudah terlihat dari cover yang berwarna hitam dan tagline yang membuat penasaran dengan kata – kata mendalam yaitu bunuh diri. Tidak hanya itu, kesan dark atau gelap juga terlihat dari jalan cerita dan karakter Leo yang keras. Novel ini adalah pilihan yang tepat jika kita menginginkan sebuah bacaan yang sedikit memeras otak namun tetap memiliki makna dan nilai yang mendalam.

  • Share:

You Might Also Like

3 komentar

  1. enaknya dibaca pas lagi galau, hehe. Ceritanya seru, lain kali pinjem ya? hehe

    BalasHapus
  2. ngg aku aja minjem kok hehe
    bagus tapi emang (y):D

    BalasHapus
  3. pinjemno po'o her aku :3

    BalasHapus