Surabaya,26 September 2012 pukul 12.00
Luna melangkahkan kaki dengan tergesa-gesa melewati sebuah pusat perbelanjaan, tinggal satu lagi barang yang harus dia ambil sebelum acara nanti malam. Beberapa saat kemudian dia sudah berhenti di depan toko pigura mungil. Luna memasuki toko itu dan langsung menuju ke arah kasir untuk menunjukkan bukti pembeliannya.
“Atas nama Luna?” tanya petugas kasir itu.
“Benar mbak.” Jawab Luna sambil mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal.
“Ini pesanan anda, sebuah pigura dengan ukuran 30 x 40 cm. Silahkan bisa dicek terlebih dahulu.” Kata petugas itu dengan ramah.
Luna mengambil barang yang diberikan petugas itu , kemudian dia mulai mengamati apakah ada yang cacat atau rusak pada pigura pesanannya. Melihat semuanya sempurna dan tidak ada kekurangan , Luna tersenyum puas. Namun seketika senyumnya sedikit memudar ketika ia membayangkan sosok yang nantinya akan berada di dalam pigura tersbut.
“Bagaimana mbak?” tanya petugas itu membuyarkan lamunan Luna.
“Eh iya ini bagus, persis seperti yang saya inginkan. Terima kasih ya mbak. Bisa tolong dibungkus lagi?” kata Luna
“Baik mbak.” Petugas itu mulai membungkus pigura itu dengan rapi kemudian memberikannya pada Luna.
Luna mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada petugas kasir itu kemudian berjalan keluar toko. Dengan ini semua persiapannya sudah lengkap. Mulai dari pakaian, riasan, hadiah nanti, dan juga hatinya.
“Pernahkan kau merasa tertekan ketika sedang dibanding-bandingkan dengan seseorang? Terutama jika orang itu sangat dekat denganmu bahkan dia memiliki darah yang sama dengan yang mengalir di tubuhmu. Kami dilahirkan dari rahim yang sama, tetapi kenapa kami begitu berbeda?”
Luna melangkahkan kaki dengan tergesa-gesa melewati sebuah pusat perbelanjaan, tinggal satu lagi barang yang harus dia ambil sebelum acara nanti malam. Beberapa saat kemudian dia sudah berhenti di depan toko pigura mungil. Luna memasuki toko itu dan langsung menuju ke arah kasir untuk menunjukkan bukti pembeliannya.
“Atas nama Luna?” tanya petugas kasir itu.
“Benar mbak.” Jawab Luna sambil mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal.
“Ini pesanan anda, sebuah pigura dengan ukuran 30 x 40 cm. Silahkan bisa dicek terlebih dahulu.” Kata petugas itu dengan ramah.
Luna mengambil barang yang diberikan petugas itu , kemudian dia mulai mengamati apakah ada yang cacat atau rusak pada pigura pesanannya. Melihat semuanya sempurna dan tidak ada kekurangan , Luna tersenyum puas. Namun seketika senyumnya sedikit memudar ketika ia membayangkan sosok yang nantinya akan berada di dalam pigura tersbut.
“Bagaimana mbak?” tanya petugas itu membuyarkan lamunan Luna.
“Eh iya ini bagus, persis seperti yang saya inginkan. Terima kasih ya mbak. Bisa tolong dibungkus lagi?” kata Luna
“Baik mbak.” Petugas itu mulai membungkus pigura itu dengan rapi kemudian memberikannya pada Luna.
Luna mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada petugas kasir itu kemudian berjalan keluar toko. Dengan ini semua persiapannya sudah lengkap. Mulai dari pakaian, riasan, hadiah nanti, dan juga hatinya.
“Pernahkan kau merasa tertekan ketika sedang dibanding-bandingkan dengan seseorang? Terutama jika orang itu sangat dekat denganmu bahkan dia memiliki darah yang sama dengan yang mengalir di tubuhmu. Kami dilahirkan dari rahim yang sama, tetapi kenapa kami begitu berbeda?”