Hatimu bukan Untukku [cerpen]

By Unknown - 02.14

Surabaya,26 September 2012 pukul 12.00

          Luna melangkahkan kaki dengan tergesa-gesa melewati sebuah pusat perbelanjaan, tinggal satu lagi barang yang harus dia ambil sebelum acara nanti malam. Beberapa saat kemudian dia sudah berhenti di depan toko pigura mungil. Luna memasuki toko itu dan langsung menuju ke arah kasir untuk menunjukkan bukti pembeliannya.

            “Atas nama Luna?” tanya petugas kasir itu.

            “Benar mbak.” Jawab Luna sambil mengatur nafasnya yang masih tersengal-sengal.

            “Ini pesanan anda, sebuah pigura dengan ukuran 30 x 40 cm. Silahkan bisa dicek terlebih dahulu.” Kata petugas itu dengan ramah.

            Luna mengambil barang yang diberikan petugas itu , kemudian dia mulai mengamati apakah ada yang cacat atau rusak pada pigura pesanannya. Melihat semuanya sempurna dan tidak ada kekurangan , Luna tersenyum puas. Namun seketika senyumnya sedikit memudar ketika ia membayangkan sosok yang nantinya akan berada di dalam pigura tersbut.

            “Bagaimana mbak?” tanya petugas itu membuyarkan lamunan Luna.

            “Eh iya ini bagus, persis seperti yang saya inginkan. Terima kasih ya mbak. Bisa tolong dibungkus lagi?” kata Luna

            “Baik mbak.” Petugas itu mulai membungkus pigura itu dengan rapi kemudian memberikannya pada Luna.

            Luna mengucapkan terima kasih sekali lagi kepada petugas kasir itu kemudian berjalan keluar toko. Dengan ini semua persiapannya sudah lengkap. Mulai dari pakaian, riasan, hadiah nanti, dan juga hatinya.

“Pernahkan kau merasa tertekan ketika sedang dibanding-bandingkan dengan seseorang? Terutama jika orang itu sangat dekat denganmu bahkan dia memiliki darah yang sama dengan yang mengalir di tubuhmu. Kami dilahirkan dari rahim yang sama, tetapi kenapa kami begitu berbeda?”


Gadis kecil itu terjatuh ketika sedang berlari mengambil bola. Darah mulai mengucur dari lututnya dan matanya mulai berkaca-kaca. Melihat gadis itu terjatuh, gadis lain yang usianya 2 tahun lebih tua segera menghampirinya.

“Luna nggak papa?” tanya gadis itu khawatir.

“Sakit kak..” gadis kecil yang terjatuh itu menjawab dengan lemah.

“Ayo sini naik ke punggung kakak, kakak gendong sampai rumah setelah itu kita obati lukamu.”

“Tapi kak..”

“sudah cepat naik nggak usah tapi-tapian.” Kata gadis itu sedikit membentak.

Setelah itu sang kakak menggendong adiknya sampai ke rumah. Walaupun jarak antara taman dan rumah mereka cukup jauh tapi dia tidak mengeluh sama sekali.

Gadis kecil yang terjatuh tadi mulai berpikir kalau kakaknya adalah orang yang baik.

..............................................................................................

            “Wah bagus sekali hasil rajutanmu Aster, kau memang serba bisa.” Sang ibu memuji hasil pekerjaan anaknya yang tidak terlihat seperti pekerjaan anak usia 14 tahun.

            Aster hanya tersenyum mendengar pujian ibunya itu. Kemudian dia mengambil sebuah rajutan lagi dan menunjukkan kepada ibunya.

            “Bu lihat rajutan ini juga bagus kan , Luna yang bikin lo.” Kata Aster sambil tersenyum.

            Luna terkejut melihat kakaknya menunjukkan rajutan miliknya kepada ibunya. Padahal kakaknya tahu rajutan itu tidak sebanding dengan miliknya. Luna hanya menunduk dan terdiam tidak mampu melihat reaksi apa  yang diberikan ibunya.

            “Hmm lumayan..ya lebih banyak berlatih lagi ya Luna. Minta Aster mengajarimu sesekali.” Kata ibunya datar.

            “Baik bu.” Kata Luna pelan masih dengan posisi menunduk

            Aster menoleh ke arah adiknya, dia megusap kepala adiknya dengan lembut kemudian membisikkan sesuatu.

            “Datanglah pada kakak kalau kau ingin belajar.” Kemudian Aster beranjak dari tempatnya.

            Luna tahu kakaknya hanya ingin menunjukkan hasil karyanya kepada ibunya tanpa bermaksud ingin merendahkan Luna. Tapi entah kenapa dada Luna terasa sesak pada saat itu.
..............................................................................................

            Beberapa siswa SMA sedang berkumpul di depan mading sekolah, sepertinya mereka membahas hal yang menarik. Tiba-tiba salah satu dari mereka berkata

            “Sudah kuduga kak Aster yang memenangkan pemilihan ketua OSIS kali ini.”

            “Benar..dia gadis yang cantik, pintar, ramah, dan kuat. Kudengar dia pemegang sabuk hitam karate tahun ini.” Kata seorang dari mereka lagi.

            “Luna lihatlah kakakmu menjadi ketua OSIS! Hebat ya dia.” Seorang gadis menarik tangan Luna dan memperlihatkan berita yang ada di Mading itu.

            Luna hanya membaca artikel itu sebentar kemudian pergi meninggalkan para siswa tadi. Bukan berita yang menarik , pikirnya.

            “Lho Luna mau kemana? Tunggu dong.” Gadis yang sedang bersama Luna tadi menjadi bingung melihat sikap Luna.

            “Biarkan saja mungkin dia iri dengan kakaknya makanya dia tidak mau melihat berita di mading ini.” Kata seorang murid pria dengan nada sinis.

            “Eh..orang itu adik kak Aster? Bohong ah..sama sekali tidak mirip.” Kata temannya.

            “Aku juga tidak percaya dia adik kak Aster, mereka berdua berbeda bagai matahari dan bulan.”

            DEG!! Luna masih bisa mendengar percakapan dua siswa tadi. Dia mempercepat langkah kakinya. Dari awal Luna tidak ingin masuk sekolah yang sama dengan kakaknya karena dia tahu hal ini mungkin terjadi, tetapi kedua orang tua Luna memaksanya untuk masuk disana karena merupakan sekolah favorit.


Bandung, 12 September 2008

           Aster terbangun dari tidurnya karena merasa kedinginan. Dia membuka tirai jendelanya, ternyata di luar sedang turun hujan. Dia kembali melihat jam di atas meja belajarnya, baru pukul 05.00. Hujan di waktu subuh pantas saja cuacanya dingin, batin Aster. Baru saja diaberniat melanjutkan tidurnya jika tidak ingat kalau hari ini masa orientasi mahasiswa baru  dimulai.

            “Lunaa ayo bangunn, hari ini hari pertama ospek jangan sampai terlambat!!” Aster meloncat dari tempat tidurnya untuk membangunkan gadis yang sedang tertidur nyenyak di seberang ranjangnya.

            “Ngg.. jam berapa sih kak? Masih ngantuk nih.” Bukannya bangun gadis bernama Luna itu menarik selimutnya lagi.

            “Malah tidur lagi. Bangun na, jam 6 kamu harus kumpul kan? Udah jam 5 lo ini mandi sana biar kakak siapin sarapan.” Balas Aster dengan lembut

            Luna membuka matanya kemudian dia melihat wajah kakaknya di sampingnya. Perlahan ia bangkit dan duduk di atas tempat tidur kemudian melihat ke arah cermin. Rambutnya berantakan dan kantung mata yang masih terlihat jelas gara-gara tugas ospek yang mengurangi waktu tidurny, benar-benar berantakan. Berbeda dengan kakaknya, walaupun baru saja bangun tidur wajah kakaknya itu tetap terlihat cantik.

            “Iya kak ini Luna mau mandi. Kakak berangkat ke kampus jam berapa?” tanya Luna

            “Jam 7, petugas kesehatan kan harus siap waktu kalian mulai apel pagi.” Balas kakaknya yang sedang mengoleskan selai di roti untuk sarapan.

            Luna hanya menganggukkan kepalanya sebentar kemudian ia segera berjalan ke arah kamar mandi.

            Selesai mandi Luna sudah disambut dengan secangkir susu coklat hangat dan 2 buah roti di mejanya. Dia mengambil sebuah roti dan memakannya dengan buru-buru, kemudian dia mempersiapkan kembali barang-barang yang diperlukan untuk hari ini. Tiba-tiba terdengar suara motor berhenti di depan rumah mereka. Luna melihat ke arah jendela dan dia langsung tersenyum senang.

            “Kak Daniel!” Luna berlari keluar menyambut orang yang sekarang sedang duduk di teras rumah.

            “Pagi Luna, sudah siap berangkat?” pria itu tersenyum ramah kepada Luna.

            “Sudah kak, mau berangkat sekarang?” balas Luna.

            “Bentar ya..aster ada di dalam?” tanya daniel yang seketika membuat ekspresi Luna berubah.

            Daniel yang menyadari perubahan ekspresi Luna langsung buru-buru memberikan penjelasan.

            “Eh..maksudku sekalian pamit. Masa kita tiba-tiba berangkat nggak bilang-bilang Aster.” Kata Daniel

            Luna tersenyum kecil, dia tahu maksud Daniel sebenarnya tapi lebih baik jika dia tidak berdebat tentang masalah itu sekarang.

            “Kak Aster lagi mandi, tapi udah mau selesai kok. Iya kita tunggu disini aja ya, kakak udah sarapan?” tanya Luna.

            “Belum tadi bangun kesiangan langsung mandi terus jemput kamu.” Jawab Daniel.

            Luna langsung tersipu mendengar perkataan Daniel, pria itu memang ahli membuat hati luna berdebar-debar. Dia menatap wajah Daniel, mengagumi setiap hal yang ada pada dirinya. Matanya yang teduh dan menenangkan namun tetap tegas, lesung pipit yang terlihat setiap kali ia tersenyum, dll.

            “Lho Daniel , sejak kapan kamu disini?” suara Aster mengalihkan pandangan Luna. Ia melihat kakaknya sudah berpakaian rapi dan cantik. Mendadak dia melihat Daniel sedang menatap kakaknya itu dengan pandangan yang..berbeda.”

            “Dari tadi ter, mandimu kelamaan sih. Pakai acara mandi kembang 7 rupa segala ya?” canda Daniel.

            “Apaan sih dan garing tau haha. Kamu kesini mau jemput Luna kan? Kenapa belum berangkat.” Tanya Aster

            “Kita nunggu kakak selesai mandi sekalian pamit, ya kan kak?” Luna menoleh ke arah Daniel.

            “Eh iya kita mau pamitan dulu ter.” Jawab Daniel gugup

            “Oo yaudah berangkat sekarang sana udah jam setengah 6 lebih lo.” Kata Aster

            “Iya kak, Luna berangkat dulu ya sampai ketemu di kampus.” Luna mengecup pipi kakaknya kemudian berlari ke arah motor Daniel.

            “Duluan ya ter.” Kata Daniel pelan

            “Iya hati-hati..titip luna ya Dan.” balas Aster sambil menunjukkan senyum manisnya. Daniel balas tersenyum ke arah Aster dan kemudian meninggalkannya.


            Luna melihat pemandangan itu dengan pandangan kosong, bisakah dia mempercayai Daniel seutuhnya?


Surabaya,26 September 2012 , pukul 17.00

            Luna memandang foto yang ada di hadapannya dengan tatapan kosong. Akhirnya hari ini tiba juga, batinnya. Kali ini dia benar-benar sudah bisa menerima kenyataan, meskipun berat tapi dia harus bisa mengikhlaskannya. Bagaimanapun juga mereka adalah orang yang Luna cintai.

            Tiba-tiba Luna teringat akan suatu benda yang tersimpan di laci mejanya. Dia meletakkan pigura yang ada di tangannya kemudian bangkit mencari benda itu. Beberapa saat kemudian Luna menemukannya, sebuah liontin perakyang berbentuk bulan sabit. Luna hanya bisa terdiam beberapa dan tanpa disadari air matanya sudah menetes.

            3 tahun yang lalu

            “Selamat ulang tahun sayang.” Kata seorang pria sambil menyodorkan sebuah kotak kecil kepada gadis yang ada di hadapannya.

            “Makasih banyak kak, boleh kubuka?” gadis itu menerima kotak tersebut dengan gembira.

            “Boleh lah, kan emang aku beli buat kamu Lun.” Balas pria itu lembut

            Luna membuka kotak yang diterimanya dengan hati-hati. Dia melihat ada benda yang berkilauan. Begitu dia melihat wujud benda itu senyumnya langsung mengembang.

            “Wah cantik sekali..” kata Luna sambil mengangkat liontin itu itu.

            Kemudian tanpa bicara apa-apa pria itu mengambil liontin dari tangan Luna dan mengenakannya di leher gadis itu.

            “Aku milih ini sesuai nama kamu, Luna, yang artinya bulan. Bener kan? Kamu suka?” tanya pria itu

            “Iya kak aku suka banget, makasih ya pasti liontin ini bakal aku jaga baik-baik.” Jawab Luna dengan riang. Ia benar-bnar tidak menyangka akan mendapat kado seperti ini.

            Ketika mereka berdua sedang asyik bercengkerama tiba-tiba Aster muncul di ruang tamu dengan mata sembab. Melihat hal itu Daniel langsung bangkit dari tempat duduknya dan menuju ke arah Aster.

            “Ter kamu kenapa? Ada masalah?” tanya Daniel langsung tanpa basa-basi.

            “Dan..Ardi barusan mutusin aku.” Aster tidak dapat menahan air matanya lagi dia menangis dan Daniel langsung refleks menarik Aster ke dalam pelukannya.

            “Sst..sst tenang dulu ya. Sekarang kamu duduk dulu tenangin diri aku bakal nemenin kamu sampai kamu bisa ceritain semuanya.” Kata Daniel sambil mengusap kepala Aster.

            “Luna maaf ya , kakak boleh bicara sama Daniel sebentar?” Aster menoleh ke arah Luna, meminta persetujuan dari adiknya itu.

            Sebenarnya Luna bimbang dia harus membiarkan mereka berdua atau menahan Daniel agar tetap di sisinya. Tapi melihat wajah kakaknya yang benar-benar kacau dan dengan mata masih berkaca-kaca Luna tidak tega dan akhirnya mengijinkan Daniel menemani kakaknya, walaupun di hari ulang tahunnya ini dia sangat ingin menghabiskan berdua dengan kekasihnya itu.

            “Iya kak nggak papa kok. Tapi kakak cuci muka dulu sana aku nggak mau lihat muka kak Aster berantakan kayak gitu, jelek” Jawab Luna sedikit bercanda. Mendengar itu Aster tersenyum kecil dan memeluk adiknya.

            “Makasih ya Na..” jawab kakaknya lemah kemudian ia langsung masuk ke dalam rumah bersama Daniel.

            Luna mengawasi kepergian kedua orang itu hingga mereka berdua tidak terlihat lagi. Dalam pikirannya bercampur berbagai macam pertanyaan. Kenapa kak Ardi memutuskan kakaknya? Apa kakaknya melakukan suatu kesalahan? Atau kak Ardi selingkuh? Ah tidak mungkin, tidak ada pria yang akan meninggalkan kakaknya demi wanita lain kecuali dia benar-benar pria bodoh.Sejak kakaknya berpacaran dengan kak Ardi 1 tahun lalu perasaan cemas yang sejak dulu ia rasakan perlahan menghilang. Tapi sekarang saat kakaknya mengatakan dia sudah berpisah dengan kak Ardi, perasaan itu kembali muncul. Dia mengenggam liontin pemberian Daniel dengan erat berharap semoga semuanya akan baik-baik saja. Namun, beberapa minggu kemudian Luna menyadari bahwa keputusan yang diambilnya malam itu bukan keputusan yang tepat.

“Mungkin kau tak akan pernah tahu bagaimana aku selalu memperhatikanmu dan memujamu. Karena mungkin bagimu aku hanyalah sebuah  bayangan. Tapi apakah kau tahu? kalau sesungguhnya bayanganlah yang sejatinya akan selalu setia mendampingimu dan ada dibelakangmu.”


Surabaya, 14 Maret 2005

            “Luna kenalin temenku, namanya Daniel.” Kata Aster yang tiba-tiba datang saat dia sedang menikmati makanannya di kantin. Disebelahnya ada seorang pria yang belum pernah Luna lihat sebelumnya. Pria itu berwajah cukup tampan dan memiliki senyum yang manis.

            Baru saja dia ingin membalas kakaknya sudah berbicara lagi.

            “Dan Daniel kenalin adikku yang paling cantik, Luna!” kata Aster dengan riang.

     Cantik? Apa kakaknya sengaja ingin mempermalukan dirinya di depan seorang pria tampan ini.

            “Daniel..” pria itu menyodorkan tangannya ke arah Luna sambil tersenyum.

            “Eh iya..Luna kak.” Luna menjabat tangan Daniel, tidak tahu harus bersikap seperti apa di hadapannya.

            “Luna..nama yang bagus ya? Manis seperti orangnya.” Kata Daniel lagi.

            Seketika wajah Luna memerah, baru kali ini ada seorang pria yang menyatakan kalau dirinya manis. Selama ini hanya kak Aster lah yang selalu mendapatkan pujian seperti itu. Luna menatap mata Daniel, mencari-cari apakah dia sedang berbohong atau tidak karena Luna adalah adik temannya. Tapi dia tidak menangkap adanya kebohongan di matanya, perkataan pria itu benar-benar tulus.

            “Hei jangan menggoda Luna atau kau harus bertanding denganku nanti!” Aster memeluk adiknya dan bersikap seolah-olah sedang melindungi Luna dari bahaya.

            “Boleh saja dan kalau aku menang berarti aku boleh mendekatinya kan? Sejauh ini dari 5 pertandingan aku hanya kalah satu kali.” Balas Daniel sambil tersenyum puas.

            Aster langsung merenggut mendengar perkataan Daniel. Memang benar kalau sejauh ini Daniel hanya satu kali kalah darinya.

            “Lagipula Luna tidak keberatan kan berteman denganku?” Daniel kembali menoleh ke arah Luna membuat Luna sedikit salah tingkah.

            “iya..aku nggak keberatan kok kak.” Jawab Luna

            “Tuh dengerin ter adikmu sendiri nggak keberatan kok. Kenapa malah kamu yang sewot.” Daniel tersenyum penuh kemenangan kepada Aster yang sukses membuat kakaknya kembali merenggut.

            Itulah awal mula pertemuan Luna dan Daniel, dan sejak saat itu sosok seorang Daniel sudah berhasil mengisi hatinya.
..............................................................................................

            Tidak butuh waktu lama bagi Luna dan Daniel untuk saling mengenal lebih dekat. Posisi Daniel sebagai wakil ketua OSIS di sekolahnya dan juga sahabat baik kakaknya membuat hubungan Luna dan Daniel berjalan lancar. Mereka bertiga selalu saja menyempatkan waktu untuk berkumpul bersama hanya untuk sekedar jalan-jalan, nonton film, nongkrong, atau bahkan belajar bersama. Untuk kasus ini karena Luna memang lebih muda satu tahun dibawah mereka biasanya Daniel dan Aster bergantian menjadi guru les bagi Luna.

            Luna merasa nyaman berada di sisi Daniel. Pria itu memperlakukan dia bagaikan seorang putri. Daniel yang dengan setia mengantar jemput Luna ketika dia ada kursus piano, Daniel yang dengan sabar mengajari Luna pelajaran walaupun dia harus berkali-kali menerangkan, Daniel yang memperhatikan Luna ketika gadis itu jatuh sakit, dan masih banyak lagi. Perlakuan semacam itu membuat Luna langsung jatuh hati kepada Daniel. Semula Luna tidak pernah bisa percaya pada laki-laki karena mereka selalu membanding-bandingkannya dengan kakaknya. Tapi Daniel berbeda, dia  tidak pernah membedakan Luna dengan Aster. Hal itu yang semakin membuat Luna mencintai Daniel. Tapi apakah Daniel memiliki perasaan yang sama?

            Menjelang kelulusan intensitas 3 orang itu untuk berkumpul bersama semakin berkurang. Aster dan Daniel sibuk mempersiapkan ujian nasional, mereka berdua sama-sama mengincar perguruan tinggi yang ada di kota kembang. Sementara Luna yang masih duduk di kelas 2 SMA hanya bisa memberi dukungan kepada kakaknya dan Daniel. Dia merasa kesepian karena biasanya tiap malam mereka bertiga berkumpul bersama. Tapi sekarang dia sendirian, dan entah kenapa belakangan ini Luna menyadari sikap aneh Daniel. Luna sering mendapati Daniel memandangi kakaknya diam-diam ketika mereka sedang belajar bersama, selain itu ketika ada kesempatan untuk berkumpul bertiga Daniel lebih banyak diam daripada sebelumnya sambil memperhatikan Aster dan Luna juga sering melihat Daniel sedang terduduk memikirkan sesuatu entah apa itu. Melihat sikap itu Luna khawatir hal yang selama ini dia takutkan terjadi.

            Ujian Nasional pun dimulai dan Luna tidak melihat sosok Daniel sama sekali. Selain karena siswa kelas 1 dan 2 diliburkan, Daniel juga tidak pernah datang ke rumahnya selama ujian berlangsung. Tapi pada hari terakhir ujian Luna yang sedang asyik membaca buku di teras belakang rumahnya dikejutkan oleh kedatangan pria itu.

            “Luna..bisa bicara sebentar?” kata Daniel tiba-tiba yang membuat Luna kaget.

            “Kak Daniel? sejak kapan ada disini?” tanya Luna

            “sudah beberapa menit yang lalu haha..maaf apa aku menganggumu?” Daniel mengambil posisi duduk tepat di sebelah Luna. Luna bisa merasakan aroma parfum yag dikenakan pria itu, dia sangat merindukannya.

            “Tidak sama sekali. Bagaimana ujian kakak? Lancar?” Luna balas bertanya.

            “Alhamdulillah tinggal menunggu hasilnya.” Jawab Daniel.

            “Oh iya tadi kakak bilang ingin bicara. Apa yang mau kak Daniel bicarakan?”

            “Ah iya itu tujuan utamaku datang ke sini.. hmm bagaimana mulainya ya aku jadi bingung.” Kata Daniel sambil menggaruk-garuk rambutnya , Luna belum pernah melihat wajah Daniel yang seperti itu.

            “Ada apa kak?” tanya Luna lagi.

            “Hmm..Na kamu tahu nggak kira-kira siapa cowok yang disukai Aster?” kata Daniel pada akhirnya.

            DEG! Hati Luna langsung berdegup kencang. Perasaan apa ini? Kenapa mendadak Daniel menanyakan tentang pria yang disukai kakaknya?

            “Aku kurang tahu kak, kak Aster jarang ngomongin soal itu. Kenapa?” jawab Luna dengan nada datar.

            “Sebenarnya sewaktu kelulusan nanti aku mau nyatain perasaan ke Aster, Na. Kira-kira bakal diterima nggak ya?” tanya Daniel lagi.

            Luna terdiam beberapa saat, dia tidak tahu harus memberikan jawaban apa pada Daniel. Pernyataan Daniel barusan benar-benar membuat hatinya sakit, orang yang dia cintai selama ini ternyata mencintai kakaknya. Ya kakaknya memang memiliki segala-galanya dibandingkan dengannya. Cantik, pintar, kuat, ramah, memiliki banyak teman, menjadi kesayangan orang tua dan guru-guru, terampil, dan masih banyak lagi. Luna sadar dia tidak mungkin mampu menyaingi kakaknya itu dan dia tidak menyalahkan kakaknya yang terlahir dengan bakat seperti itu. Tapi dari sekian banyak pria di dunia kenapa harus Daniel? kenapa harus pria yang dia cintai?

            “Na kamu denger pertanyaanku kan?” tanya Daniel membuyarkan lamunan Luna.

            “Ah iya kak aku denger kok..hmm aku juga nggak tau sih tapi mungkin peluang kakak lebih besar daripada cowok-cowok yang pernah ndeketin kak Aster. Aku bakal ndukung kakak kok, kak Daniel kan sudah aku anggep kayak kakak kandung aku sendiri.” Jawab Luna sambil tersenyum walaupun dia mengucapkan kalimat barusan dengan berat hati.

            “oke..siapa yang tahu hasilnya kalau nggak dicoba. Bener kan Na?” tanya Daniel dan dijawab dengan anggukan pelan Luna.

            “Kak,sejak kapan kakak suka sama kak Aster?” tanya Luna. Dia sendiri tidak tahu kenapa tiba-tiba bertanya seperti itu. Mungkin rasa penasaran yang ada di hatinya sudah tidak bisa ditahan lagi.

            “Wah sejak kapan ya? Mungkin sejak kelas 2. Awalnya aku hanya menganggap Aster sahabat yang memiliki hobi yang sama tapi lambat laun aku menyadari bahwa dia bukan gadis biasa. Aku ingin melindunginya dan menjaganya. Dan entah sejak kapan aku mulai terbiasa dengan kehadiran Aster disisiku Na.”

            Sejak kelas 2? Jadi kak Daniel sudah menyukai kakaknya begitu lama. Sama seperti waktu pertama kali Luna menyukai Daniel. Jadi selama ini perhatian-perhatian yang diberikan Daniel padanya hanya karena Daniel sudah menganggap Luna sebagai adiknya sendiri. Dasar Luna bodoh, seharusnya dia tahu kalau Daniel tidak mungkin menyukainya. Tapi apakah salah kalau dia berharap lebih pada Daniel?



...............................................................................................



            Hari kelulusan pun tiba, Luna memandangi kakaknya yang sedang berdiri di atas panggung. Kakaknya berhasil meraih nilai ujian tertinggi dan masuk ke perguruan tinggi yang dia inginkan melalui jalur prestasi. Begitu juga dengan Daniel, dia menyusul satu peringkat di bawah Aster dan masuk ke perguruan tinggi dengan jalur yang sama. Berarti setelah ini mereka berdua akan pergi ke Kota yang sama meninggalkan Luna. Mengingat hal itu mata Luna langsung memanas, apalagi mengingat kalau setelah ini Daniel akan menyatakan cintanya pada Aster. Dan mungkin kakaknya akan membalas perasaan Daniel itu. Kemudian dia pergi meninggalkan tempat itu, mencari tempat untuk menenangkan perasaannya.

            Luna menunggu kedatangan kakaknya di teras rumah, sudah pukul 20.00 dan kakaknya belum pulang. Luna yakin dia sedang bersama Daniel, maka dari itu perasaannya belum tenang sebelum bertanya langsung dengan kakaknya.

            Beberapa menit kemudian Aster pulang, tapi dia tidak melihat ada orang lain bersama kakaknya. Apa kak Daniel membiarkan kakaknya itu pulang sendirian malam-malam? Dan kakaknya pulang dengan raut wajah yang tidak bisa ditebak. Hal itu membuat Luna bingung.

            Aster yang menyadari keberadaan Luna di teraslangsung menghampiri Luna. Dia tersenyum kemudian membelai rambut adiknya itu.

            “Maafin kakak ya Na..” kata Aster kemudian masuk kedalam rumah.

            Luna yang masih tidak mengerti dengan sikap kakaknya tiba-tiba dikejutkan dengan bunyi handphonenya. Dia melihat nama yang tertera di layar dan buru-buru mengangkatnya.

            “Halo.” Kata Luna panik

            “Na..aku ditolak. Haha padahal aku yakin Aster juga punya perasaan yang sama, tapi ternyata nggak. Sakit na rasanya waktu dia bilang dia cuma pingin sahabatan aja.” Luna bisa mendengar suara Daniel di seberang telepon, suaranya lemah seperti habis menangis.

            “Kakak dimana sekarang?”

            “Di kafe tempat biasa, kenapa?”

            “Jangan kemana-mana tunggu aku kesana!” Luna menutup telponnya dan bergegas mengambil sepeda motornya.


            Entah apa yang ada di pikirannya hingga membuat Luna bertindak nekat, ia hanya ingin ada di samping kak Daniel dan memberikan pria itu kekuatan. Luna tidak sanggup mendengar suara kak Daniel yang sedang putus asa lagi.

“Apakau tahu perbedaan bintang denga bulan? Walaupun kedua benda itu sama-sama menghiasi malam dengan indahnya tapi ada perbedaan mendasar pada kedua benda langit tersebut. Ya, bulan tidak memiliki cahayanya sendiri ia hanya memantulkan cahaya yang dimiliki oleh bintang.”
Bandung, 18 Juni 2009
            Sudah seminggu berlalu sejak kakaknya putus dengan kak Ardi. Dan Luna masih merasakan ada yang aneh dengan sikap Daniel. Sejak malam itu ketika dia membiarkan Daniel dan kakaknya bicara berdua dia merasa ada sesuatu di antara kedua orang itu. Luna ingin sekali bertanya pada Daniel tapi dia takut, dia takut merusak kebahagiaan yang sudah ia dapat selama ini.

            Mendadak Luna teringat saat-saat Daniel dan dia mulai berpacaran. Luna datang ketika hati Daniel sedang kosong karena kakaknya telah menolak cintanya. Tanpa banyak bicara Luna langsung menawarkan diri untuk mengisi hati pria itu. Walaupun dia tahu dia tidak akan bisa menggantikan kakaknya dan menjadi seperti kakaknya, tapi Luna mencintai Daniel dan ia berjanji akan membantu Daniel melupakan Aster.Dan Daniel yang waktu itu masih sakit hati atas penolakan yang baru saja dia alami akhirnya menerima tawaran itu.Meski sempat berhubungan jarak jauh selama satu tahun tapi Daniel dan Luna bisa mengatasi masalah mereka dan akhirnya mereka berdua tetap bersama selama 2 tahun ini.

            Tapi masalah yang ada kali ini berbeda, Luna memutuskan untuk mencari tahu sendiri apa yang sebenarnya terjadi pada kakaknya dan kak Ardi. Mungkin jika mengetahui permasalahannya Luna bisa membantu kakaknya berbaikan dengan kak Ardi. Dan hubungannya dengan Daniel bisa seperti dulu lagi.

            Luna mencari Ardi di tempat kerjanya, pria itu bekerja di kafe dekat kampus mereka ketika malam. Sifat Ardi yang pekerja keras itulah yang dulu membuat kakaknya jatuh hati kepadanya. Setelah setengah jam ia menunggu akhirnya dia menemukan sosok yang dia cari.      “Kak Ardi!” sapa Luna

            “Hei Luna tumben kesini, ada perlu apa?” jawab pria itu dengan senyum khasnya.

            “Kak ada hal penting yang ingin aku bicarakan dengan kakak berdua saja. Ini tentang kak Aster.” Kata Luna

            Mendengar nama kakaknya disebut senyum yang ada di wajah Ardi langsung menghilang digantikan dengan raut mukakehilangan.

            “Ikut aku Na, kita bicarakan di belakang saja.” Ajak Ardi

            Di belakang kafe Luna jadi bingung harus mulai darimana. Ardi tidak mengeluarkan sepatah kata sejak mereka tiba tadi. Apalagi Ardi masih memasang ekspresi yang sama, membuat Luna jadi ragu untuk bertanya.

            “Na..kok diem? Katanya ada yang mau diomongin.” Tanya Ardi

            “Eh iya kak..aku bingung harus mulai darimana. Sebenarnya kenapa kak Ardi mutusin kak Aster? Apa dia melakukan kesalahan?” tanya Luna pada akhirnya

            Ardi terkejut mendengar pertanyaan Luna itu. Sudah banyak orang yang menanyakan hal yang sama tapi kali ini berbeda, Luna harus mengetahi alasannya yang sebenarnya.

            “Ooo jadi itu ya..Aster nggak cerita ke kamu kenapa aku minta putus?”

            Luna menggeleng, memang kakaknya itu sama sekali tidak menceritakan alasan dia berpisah dengan Ardi.

            “Aster tidak pernah mencintaiku Luna, dia berpacaran denganku hanya karena aku sesuai dengan tipe cowok idamannya. Dia memang tidak pernah mengatakannya secara langsung tapi aku tahu. Aku mencintai dia Na, karena itu aku tahu siapa yang selama ini ada di hatinya. Dan pria itu bukan aku. Percuma aku terus mempertahankan hubungan ini kalau nantinya hanya akan menyakiti kedua belah pihak.” Jelas Ardi

            “Dan seharusnya kamu juga tau kan Na siapa sebenarnya pria yang dia cintai?” lanjut Ardi.

            Mendengar pertanyaan Ardi hati Luna langsung sakit.Memang dari awal dia tahu yang sebenarnya kakaknya cintai. Sewaktu Aster minta maaf padanya di hari dia menolak Daniel, dia sadar kalau sebenarnya Aster juga memiliki perasaan yang sama dengan Daniel. Tapi Aster tahu kalau adiknya juga mencintai pria yang sama dan dia tidak ingin menyakiti perasaan Luna. Air mata Luna perlahan menetes, selama ini dia hanya menolak kenyataan yang ada. Berpura-pura tidak mengetahui situasi yang sebenarnya terjadi demi kebahagiaan dia semata. Padahal selama 2 tahun ini dia sudah menyakiti perasaan banyak orang, termasuk Ardi. Melihat Luna menangis Ardi hanya bisa menarik gadis itu dalam pelukannya dan menepuk punggung gadis itu dengan lembut. Ardi tahu apa yang selama ini dipendam oleh gadis itu. Luna bukan anak yang jahat, hanya keadaan di sekitarnya yang membuat dia menjadi sedikit bersikap egois.

..............................................................................................

            Luna memutuskan untuk mengakhiri hubungannya dengan Daniel, dia tidak ingin ada pihak yang terluka lebih dari ini. Pengorbanan kakaknya, Daniel, dan kak Ardi telah membuka matanya.

            “Apa katamu barusan Luna? Putus? Kenapa tiba-tiba?” Daniel tidak percaya dengan apa yang Luna katakan barusan. Mereka sedang tidak ada masalah lalu kenapa Luna tiba-tiba bersikap seperti ini?

            “Iya kak..lebih baik kita berpisah. Aku tahu kakak masih mencintai kak Aster. walaupun sudah 2 tahun berlalu perasaan kakak padanya tidak pernah bisa berubah kan?” kata Luna sambil menahan tangis.

            “Kau bicara apa Luna. Aku menyayangimu bukan Aster.” Bantah Daniel

            “Sayang dan cinta itu berbeda kak..aku tahu dari cara kakak menatap kak Aster selama ini. Bukan aku yang ada di hati kak Daniel selama ini, tapi kak Aster. Benar kan kak? Kakak menerimaku hanya karena waktu itu kakak membutuhkan kehadiran orang lain untuk menyembuhkan hati kakak.” Lanjut Luna

            “Tapi Na..”

            “Sstt sudah cukup kak..semua sudah jelas. Kakak mencintai kak Aster dan dia juga mencintai kakak. Lalu untuk apa kita melanjutkan hubungan ini.” Suara Luna mulai melemah

            Merasa tidak mampu membendung air matanya lagi Luna berbalik membelakangi Daniel, dia tidak ingin pria itu melihatnya menangis.

            “Pergilah kak, sebelum semuanya terlambat aku rasa kak Aster sedang berada di kampus sekarang.”

            “Na maafin aku.” Daniel ingin memeluk gadis di hadapannya itu tapi sesuatu menahannya.

            “Aku yang seharusnya meminta maaf, selama ini menjadi penghalang kalian berdua. Terima kasih untuk 2 tahun yang indah ini kak.”

            Tanpa banyak bicara Daniel mengecup ubun-ubun Luna dan membisikkan kata ‘terima kasih’singkat kemudian berlari mencari Aster. Luna berpikir apakahyang dia kulakukan ini benar? Mereka adalah 2 orang yang sama pentingnya bagi Luna dan dia ingin mereka berdua bahagia.


Surabaya,26 September 2012 , pukul 19.00

            Luna berlari memasuki ruang pesta, dia hampir saja melewatkan acara utama karena terlalu lama menyiapkan kado. Ternyata membungkus kado membutuhkan waktu yang cukup lama. Setelah acara utama selesai Luna maju menghampiri kedua orang yang menjadi bintang utama dalam acara hari itu. Dia memasang senyum terbaik yang dimilikinya.

            “Selamat atas pertunangan kalian berdua.” Kata Luna sambil memeluk kakaknya dan menyalami Daniel.

            “Terima kasih sayang..aku hampir ngira kamu nggak dateng lo.” Balas Aster.

            “Haha mana mungkin aku melewatkan acara penting ini kak, aku tadi terlambat karena sibuk membungkus ini. Silahkan, kado untuk kalian berdua.” Luna menyerahkan bingkisan di tangannya.

            “Waah..boleh dibuka?” tanya kakaknya antusias

            “Tentu saja.” Kata Luna

            Kakaknya berusaha membuka bingkisan itu dengan bantuan Daniel. Dan mereka sama-sama terkejut begitu berhasil membukanya. Yang ada di hadapan mereka adalah foto mereka berdua masa SMA, foto yang diambil sewaktu pertama kalinya Aster dan Daniel menjadi juara pertama pada lomba karate mewakili sekolahnya.

            “Luna ini..”

            “Gimana kak? Suka?”

            “Suka bangeet!! Makasih ya aku nggak nyangka kamu masih punya foto ini.”

            “Iya aku juga hampir lupa kalau kita punya foto ini, haha. Makasih ya na.” Kata Daniel.

            “Sama-sama..semoga kalian berdua bahagia ya. Aku akan memainkan lagu untuk kalian berdua sebagai ucapan selamat.” Kata Luna dan dia menuju ke arah tempat piano berada. Kemudian dia mulai memainkan lagu if you’re not the one milik Daniel Bedingfield.

            Mungkin membutuhkan waktu yang lama baginya untuk melupakan Daniel, tapi dia akan berusaha menghapus semua perasaan itu.

TAMAT

  • Share:

You Might Also Like

0 komentar